CARA
MENGATASI MASALAH PERILAKU ANAK
Kehadiran seorang anak
di dalam keluarga merupakan sebuah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT,
dengan adanya seorang juga membawa warna tersendiri bagi sebuah keluarga.
Bagaimana cara yang baik atau bagaimana cara orang tua menyikapi dan mendidik
anak dengan baik? Mengapa orang tua harus memperhatikan hal tersebut? Kali ini
saya akan berbagi sedikit cara mengatasi atau menyikapi permasalahan perilaku
anak, sedikit kesalahan dalam mendidik anak mungkin akan meninggalkan bekas
pada diri anak sepanjang hidupnya.
Ketika saya sedang
reuni dengan teman SMA, saya banyak berbincang dengan salah seorang teman yang
mengambil jurusan psikolog di salah satu universitas negeri di Indonesia. Kami
banyak berbagi dan menceritakan banyak hal, sampai-sampai saya menceritakan
tentang keponakan saya yang masih berumur tiga setengah tahun.Saya cukup banyak
mendapatkan informasi mengenai permasalahan perilaku yang sering terjadi pada
anak dan bagaimana cara mengatasinya. Nah, permasalahan seperti apa si yang
sering terjadi pada anak? Bagaimana si cara menyikapi dan mengatasinya?
Beberpa hal yang sering
terjadi pada anak, sebagai berikut :
1. Suka
Berteriak
Keponakan saya sekarang kira-kira
berumur tiga setengah tahun, akhir-akhir ini ia punya kebiasaan
berteriak-teriak disaat bermain ataupun disaat keinginannya tidak terpenuhi,
saya dan orang tuanya sudah mencoba untuk menasihati dengan lembut tetapi tetap
tidak
ada perubahan.
Di usia balita memang sering kali
ditandai dengan perilaku anak yang suka mengamuk jika keinginannya tidak
terpenuhi. Perilaku ini masih bisa dipahami karena mengingat usianya yang masih
tiga setengah tahun. Seorang anak di usia balita belum mengerti mengapa kita
melarang atau tidak mengabulkan keinginannya dan ia pun sering merasa frustasi
jika kita tidak dapat mengetahui apa sebenarnya yang ia inginkan. Sering kali
berteriak dan membanting barang-barang disekitarnya menjadi salah satu ekspresi
anak dalam melampiaskan kekesalannya. Hal ini harus kita hadapi dengan penuh
kesabaran, jangan pernah bosan untuk menasihati dengan lembut kapada anak,
karena seorang anak belajar dan merekam suatu hal melalui pengulangan. Ajarkan
pula pada anak untuk mengeluarkan kekesalannya melalui komunikasi lisan seperti
protes atau mengkritik suatu hal yang ia tidak suka ataupun meminta suatu hal
yang ia inginkan. Jangan pernah mengabulkan permintaan anak jika ia memintanya
dengan berteriak atau membanting barang, karena hal tersebut akan menjadi
sebuah kebiasaan dan akan terus ia lakukan.
2. Suka
membangkang
Pada
usia balita anak mulai belajar mengembangkan kendalinya dari pengawasan orang
tua. Disini anak ingin melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa ada campur
tangan dari orang tua. Jika hal ini tidak disikapi dengan baik maka anak justru
mengembangkan hal yang sebaliknya, yaitu perasaan malu dan ragu-ragu karena
ekspresinya selalu dibatasi seperti seperti terlalu banyak dilarang. Gunakan
kalimat yang baik jika anda ingin anak melakukan sesuatu. Contoh, katakan
“makan sedikit-sedikit, diiik” dibanding “jangan kunyah banyak-banyak!” jika
anda ingin anak makan secara perlahan. Hindarilah penggunaan kata “jangan” dan
“tidak” pada anak. Berilah ia pilihan, seperti “Adik mau makan kue yang mana?
Yang bentuk beruang atau kelinci?” dengan membuat pilihan, anak akan merasa
bahwa ia memegang kendali dan ia akan lebih mudah untuk kita arahkan.
3. Terpengaruh
tontonan televisi
Jika anak sampai menyukai tontonan
seperti sinetron yang sering orang dewasa lihat, maka anda perlu khawatir dan
memberikan perhatian lebih terhadap anak. Film, sinetron atau apa pun yang
mengandung kekerasan yang ditonton anak, khususnya usia balita, akan sangat
mempengaruhi perilakunya. Anak usia ini belum bisa membedakan mana kenyataan
dan fantasi sehingga besar kemungkinannya mereka akan meniru kekerasan yang yang ia lihat di televisi. Kekerasan yang berulang di tv membuat anak kehilangan kepekaan
terhadap korbannya, hal ini dapat menyebabkan anak beranggapan bahwa kekerasan
sudah biasa terjadi di kehidupan
sehari-hari dan boleh-boleh saja untuk dilakukan. Cara menyikapinya adalah,
anda tidak perlu langsung melarangnya jika ia sudah terlanjur menyukai dan
terbiasa dengan tontonan tersebut. Yang sebaiknya anda lakukan adalah
mengalihkannya ke kegiatan yang lebih positif dan lebih menarik dibanding
menonton tv seperti jalan-jalan ke luar rumah, pergi ke taman bermain. Anda
juga dapat membuat anak sibuk dengan kegiatan lain seperti bermain susun balok,
atau dibacakan buku cerita, hal-hal tersebut dapat membuat anak sibuk dan
melupakan hal yang kurang positif yang sering ia lakukan sebelumnya.
Semoga apa yang saya bagikan kali ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, terima kasih.
No comments:
Post a Comment