Saturday, October 20, 2012

SAYAP-SAYAP CINTA


Cinta merupakan esensi alami pada diri manusia. Disepanjang perjalanan hidup, prinsip cinta senantiasa mendampingi, meski cinta dalam diri bagaikan pasang surut air laut, namun cinta akan selalu ada dan berpaut. Cinta berkobar dengan inspirasi yang tercipta oleh energi cinta yang gaib, kuat, dan kuasa. Nuansanya mampu membangunkan tenaga yang terlelap, membebaskan daya kekuatan yang dirantai belenggu bagai pemecahan atom dan pelepasan atom.

Cinta seringkali menimbulkan keselarasan hidup, walau terkadang menjadi ranjau dalam kehidupan nyata. Dirinya tak mengenal usia, kultur, agama, ras, ataupun ideologi. Cinta merupakan kekuatan yang tidak terbatas yang tak akan pernah pupus walau termakan ruang dan waktu. Cinta yang disertai ketulusan adalah suatu cinta yang bebas dari sebuah pengharapan. Pengharapan akan erotisme melalui media dan senyawa yang akan menggores kecitraannya.

Cinta tidak akan pernah padam, meski rasa sakit meradang hingga mengental dan binasa. Kematian bukanlah akhir dari sebuah perjalanan, kematian bukan dan tidak untuk memisahkan insan yang mencintai dari insan yang dicintai karena cinta selalu membawa untuk memelihara dunia dalam kedamaian dan keabadian.

Cinta tidak akan mengenal kedalamannya sendiri sampai melewati saat perpisahan. Ketika perpisahan datang, cinta akan menjelma menjadi kerinduan. Semakin terpendam maka semakin haus akan kasihnya. Semakin dilupakan maka semakin pedih akan siksanya. Semakin mengembara maka semakin merangkaki dinding buta. Dengan berada jauh dari cinta, manusia akan belajar untuk lebih menghargai cintanya.

Kehidupan cinta selalu mengikuti garis  edar waktu; melintasi detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, milenium, dan sampai waktu berhenti berputar. Cinta adalah satu-satunya kebebasan di atas dunia ini, dia mengangkat jiwa begitu tinggi, hukum-hukum manusia serta kenyataan alam yang kelam mendinding batu tidak dapat mengubah atau merintangi kemana dirinya akan  singgah karena cinta akan terus mengalir dalam sumsum dan darah. Cinta tidak akan memberikan apa-apa, kecuali keseluruhan dirinya, dan ia pun tidak akan mengambil apa-apa, kecuali dari dirinya sendiri. Cinta tidak memiliki atau dimiliki, karena cinta telah cukup untuk cinta.


Dariku ‘sang pujangga’

No comments:

Post a Comment